Cerpen cinta mengharukan Kado Merah Berkabut hitam
Matahari telah menampakkan keindahan dan kehangatannya, seolah-olah ia tersenyum dan ingin mengucapkan selamat pagi. “ hmmm...cerah sekali hari ini”, itulah kalimat pertama yang diucapkan Oliev di hari kamis. Sambil berlari-lari kecil, Oliev membuka laci mejanya untuk melihat sebuah kado yang telah disiapkannya jauh-jauh hari. “ akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga”. Ujar Oliev dengan sangat bersemangat. Oliev merasa tidak sabar ingin bertemu dengan Arkan, kekasihnya.
Dengan sepeda motor kesayangannya, Oliev berangkat kesekolah. Olive memarkir motornya ditempat biasa, kemudian ia memutar pandangannya mencari Arkan, tetapi hanya cowo-cowo centil yang ia lihat. “uuhh.. Arkan mana sih” ujar Oliev dengan jengkel. Oliev masuk kekelasnya, ia tidak sabar ingin bertemu Arkan dan memberikan kado yang telah disiapkannya. Bel istirahatpun berbunyi, dengan cepat Olive mengayunkan langkahnya menuju ke parkiran, disana ia menunggu Arkan. Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki tampan sedang melambaikan tangannya dengan centil kearah Oliev.
“Oliiiiiev” teriak Arkan.
“uuhh.. lama banget sih, dah cape tau nunggunya”.
“maaf sayang. Oia Liv aku lupa nih bawa bekal, nanti bawain ya, soalnya aku pulang jam 3 hari ini”. Ujar Arkan sambil merayu.
“ia,tenang aja. Jam 1 ya Oliev antar”.
“kelamaan, jam 12 ya cantik”.
“hmmm..oke deh”.
Jarum jam menunjukkan pukul 11.15. Dengan rasa gelisah Oliev selalu melihat putaran jarum jam ditangannya. Tepat pukul 11.30 bel pulang berbunyi, dengan terburu-buru Oliev mengendarai motornya. Tiba-tiba jantung Oliev menjadi deg-degan karena hampir saja sebuah mobil manabraknya dari arah depan. Oliev mulai mengendarai motornya dengan pelan-pelan.
Sampai dirumah, Oliev malihat makanan yang ada didapurnya, tapi tak satu makananpun yang disukai oleh Arkan. “ hmm.. harus masak ni, tapi masak apa ya?”. Tanya oliev pada dirinya sendiri. “oiya, masak sayur sama ikan salmon aja, Arkankan suka banget sama ikan salmon”. Olieve mulai memasak dengan penuh semangat dan penuh rasa cinta, ia tak mau ada kesalahan dan kekurangan sedikitpun pada masakannya itu. Tingkah lakunya aneh seolah-olah hari ini adalah hari terakhir ia bisa melihat kekasihnya, Arkan.
Oliev melihat jam, ia kaget karena ternyata sudah pukul 1.10.”aduuh, aku kan tadi janji sama Arkan jam 12”. Dengan tergesa-gesa Oliev mengendarai sepeda motornya. Hampir saja Oliev menabrak seorang anak kecil yang sedang berlari-lari dijalanan. Putaran ban motor itu terhenti karena Oliev merasa kaget, kemudian Oliev melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Akhirnya Oliev sampai disekolah, ia duduk diparkiran sambil menunggu Arkan. Tiba-tiba Arkan lewat, dan Oliev memangggilnya,”Arkaaaan”. Dengan rasa kesal Arkan cuek kepada Oliev. Arkan marah karena Oliev terlambat mengantar perbekalan untuk Arkan. Oliev tetap menunggu Arkan hampir 20 menit, dan akhirnya Arkapun menemui Oliev. Dengan senyuman manis Oliev menghulurkan tas kecil cantik yang didalamnya telah ia siapkan sebuah makanan yang ia masak sendiri dan sebuah kado khusus untuk kekasihnya tercinta. Dengan sangat marah, tiba-tiba Arkan kasar kepada Oliev. “pulang aja, aku udah gak butuh makanan itu!. Kamu tau gak, udah 1 jam lebih aku nungguin kamu tapi kamu baru datang sekarang, rasa lapar yang dari tadi aku tahan udah hilang, jadi bawa aja makanan kamu itu pulang.!!”. Ucap Arkan dengan cetus kepada Olive.
Oliev pergi dengan rasa yang amat sedih. Tiba-tiba ia menabrak pintu gerbang sekolah, bahunya tersayat dan meneskan banyak darah. Arkan melihat Oliv terjatuh, tetapi ia tidak melihat luka dan darah yang keluar dari bahu kekasihnya itu, Arkan hanya berdiam diri karena ia masih marah dan ia menganggab Oliev baik-baik saja. Dengan rasa sakit Oliev bangun dan melanjutkan perjalannya, tak jauh dari tempat ia terjatuh tadi Oliev terjatuh kembali karena menahan rasa sakit bahunya yang terluka. Arkan malihat Oliev terjatuh untuk yang kedua kalinya, Arkan berlari karena khawatir dengan keadaan Oliev. Dengan rasa kecewa Oliev mengusir Arkan. “kamu gak usah bantuin aku, aku bisa berdiri sendiri”. Dengan menahan sakitnya Oliev berdiri dan menghidupkan sepeda motornya, tapi sepada motornya rusak. Oliev mendorong sepeda motornya sambil menangis melihat sikap Arkan kepadanya dan menahan rasa sakit. Arkan mengikuti Oliev dari belakang karena takut melihat keadaan Oliev. “kamu gak usah peduliin aku, bukannya itu yang kamu lakukan sama aku tadi?, jadi untuk apa sekarang kamu peduliin aku, pergi!, kamu tau?, dengan susah payah aku masak masakan ini supaya kamu senang, aku ngejar-ngejar waktu untuk memberikan masakan aku buat kamu, aku hampir membunuh anak kecil dan akapun hampir terbunuh.!!, tapi apa yang kamu kasih sama aku, aku gak nyangka kamu bisa ngomong sekasar itu sama aku. Aku minta maaf kalau selama ini aku selalu nyusahin kamu, selalu buat kamu marah, dan gak bisa jadi yang terbaik buat kamu”. Belum selesai Oliev berbicara, tiba-tiba sebuah truk besar menabrak Oliev dari belakang, kepala Oliev terhempas dijalan, dengan seketika Oliev menghentikan nafasnya. Arkan langsung berlari dan memeluk kekasihnya, dengan hati yang gemetar ia berteriak karena menyesal telah menyakiti Oliev dan membuat Oliev menangis.
Arkan melihat tas kecil yang tadi dihulurkan Oliev kepadanya berubah warna menjadi merah darah. Ia segera mengambil tas itu, namun ia tak sempat melihat isinya. Arkan langsung menelfon orang tua Oliev untuk memberitahu keadaan Oliev. Orang tua Olievpun datang menjemput anaknya yang terbaring dijalanan berselimut darah. Arkan merasa tidak percaya melihat kekasihnya jatuh dalam keadaan seperti itu, ia merasakan sakit yang ditahan oleh Olieve selama 1 jam terakhir. Arkan mengangkat tubuh Oliev ke dalam mobil dan mengantarnya pulang bersama orang tua Oliev.
Tepat mobil itu berhenti didepan rumah Oliev, dengan cepat Arkan mendekap Oliev dan mengantarnya kekamar, Arkan mengambil air dan membersihkan wajah Oliev yang penuh darah dengan sangat lembut. Air yang membasahi wajah Oliev yang sangat jelita telah bercampur dengan air mata Arkan yang mengalir tanpa henti. Arkan menatap mata kekasihnya itu dengan penuh harapan mata indah itu akan terbuka. Tapi harapan itu kosong dan mustahil akan terjadi karena Oliev telah menutup dirinya dari dunia.
Arkan tidak pernah sedetikpun meninggalkan Oliev hingga jasad wanita itu dikebumikan saat matahari hampir tenggelam. Matahari yang terjepit diujung langit itu seolah-olah merasakan kesedihan yang dialami Arkan ditinggalkan oleh wanita yang selama ini memberikan arti dalam hidupnya. Ia merasa hidupnya setengah kosong melihat bunga bertaburan diatas pusara belahan jiwanya.
Ketika langit telah berubah manjadi hitam, Arkan pulang sambil memeluk tas kecil yang masih tersisa darah merah. Arkan terbaring dan melihat tas itu lekat-lekat. Dengan rasa penyesalan yang sedang bersarang dihati Arkan, ia membuka tas kecil yang berlumuran darah itu sambil menangis. Ia melihat sebuah perbekalan yang dimasak oleh Oliev di siang itu, perlahan Arkan membukanya dan melihat makanan kesukaaannya tergeletak hancur karena kecelakaan itu. Arkan terisak-isak sambil mencoba masakan Oliev yang ia rasakan untuk terakhir kali. Arkan melihat sebuah kado yang tersusun rapi dibawah perbekalan itu, ia membuka bungkusan kado tersebut dan menemukan selembar surat berwarna pink. Ia ingat bahwa pink adalah warna kesukaan Oliev dan dulu ia juga memaksa dirinya untuk menyukai warna pink, karena ia pernah berjanji kepada Oliev bahwa ia akan mencintai apapun yang dicintai oleh kekasihnya. Dengan tangan yang lemah ia membuka surat itu dengan hati-hati karena ia takut surat itu akan rusak.---
Untuk kekasihku, Arkan.
Sayaang, mungkin surat ini akan menjadi tulisan terakhirku untukmu. Aku tahu aku bukan wanita yang sempurna, tapi aku selalu berusaha menjadi wanita seperti yang kamu inginkan.
Hari ini tepat ulang tahunmu yang ke-19, aku ucapin selamat ulang tahun ya sayang, semoga ulang tahunmu kali ini menjadi ulang tahun yang paling berkesan.
Aku janji, aku gak kan pernah tinggalin kamu, kamu juga harus janji ya kalau kamu gak kan pernah tinggalin aku. ^_^
Maaf ya sayang, hadiah yang aku kasih cuma ini, hanya sehelai kertas berbingkai. Sayang ingat kan? itu foto kita berdua waktu di taman, bingkainya aku buat sendiri loo...
Nanti dipajang ya, biar kamu ingat terus sama aku.
Aku harap ini adalah kado terindah yang pernah aku hadiahkan untukmu.
Kan ku jaga selalu hatiku untukmu.
Arkan, rasanya aku lelah menyiapkan kado ini untukmu, meski hanya sehelai kertas bergambar. Tetapi arkan, tahukah engkau??? Tulisan ini kubuat dengan tetes air mata, butiran-butiran bening itu sempat beberapa kali merusak tulisan ini hingga harus ku ulangi beberapa kali.
Rasanya malam itu, aku ingin menemuimu, membawamu berkeliling di sudut ibu kota tempat pertama kali kita kunjungi hanya berdua. Melihat bintang-bintang yang beradu dengan cahaya lampu-lampu jalan.
Biarlah semua itu hanyalah menjadi kenangan terindah antara kita berdua.
Dalam janji beralaskan pengorbanan jiwa, setiap denyut nadi akan selalu mengalir doa untukmu.
Berjanjilah, jika suatu saat kita terpisah, biarkan semua itu menjadi masa lalu, meski perpisahan itu akan terlukis air mata. Tetaplah berjalan di telapak keikhlasan, karena Tuhan adalah pemilik jiwa kita, penentu jalan cerita cinta kita.
Arkan, kekasih yang sangat aku cintai, dalam tulisan ini ntah apa yang tersirat didalamnya, hingga aku mampu membuat surat sepanjang ini. ntah apa maksud tulisan ini hingga aku rela berderai air mata di setiap lekuk-lekuk kosa kata.
Ku tutup surat ini dan kan kumulai pejamkan mata.
Semoga cinta kita bertahta di nusantara terindah.
Happy birthday, honey.
My love just for you forever.
Oliev.
Arkan tidak sanggup lagi menahan tangisnya, air mata yang terurai dari matanya yang sayu membasahi surat itu. rasa rindu yang semakin dalam dirasakan Arkan kepada sosok wanita yang amat ia cintai, penyesalan yang terlukis terus menyesakkan dadanya. “Oliev, maafin aku, waktu itu aku udah ngomong kasar sama kamu, kalau aku tau hari itu adalah hari terkhir aku bisa melihat kamu, aku gak kan nyakitin kamu, aku akan buat hari-hari kamu bahagia. Oliev jangan tinggalin aku, aku rindu sama kamu, aku rindu sama senyuman kamu Oliev”. Arkan terus menangis sampai ia tertidur sambil memeluk foto yang dibingkai dengan indah oleh kekasihnya, Oliev.
Cerpen cinta mengharukan Kado Merah Berkabut hitam
>> writer : Wifdatul 'ulya
0 komentar:
Posting Komentar
berikan komentar pada tulisan ini dengan kata yang sopan dan bijak ya sahabat media ^_^, jika komentar dianggap spam oleh admin komentar akan di delete ^_^ terimakasih